A. Latar Belakang
Perubahan
iklim adalah perubahan variabel iklim yang dapat diidentifikasi dengan
beberapa metode dan berlangsung dalam waktu yang lama, dalam dekade atau
lebih. Perubahan iklim dapat terjadi karena disebabkan oleh dua faktor,
yaitu faktor internal atau alamiah dan faktor eksternal atau buatan.
Perubahan iklim karena faktor internal merupakan perubahan internal di
dalam sistem iklim secara alami. Hal ini berarti perubahan iklim
merupakan suatu fenomena yang terjadi di bumi dan bukan merupakan suatu
implikasi dari adanya suatu tindakan. Sementara perubahan iklim secara
eksternal merupakan perubahan iklim yang diakibatkan oleh berbagai
aktivitas manusia yang meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca,
khususnya gas CO2. Dalam laporan penilaian kelima (AR-5), IPCC menggaris
bawahi peran manusia sebagai penyebab utama perubahan sistem
lingkungan, termasuk iklim. Para ahli yang tergabung dalam Working Group
1 (WG 1) dengan tingkat kepercayaan 95-100% yakin bahwa perubahan iklim
yang terjadi sejak 1950-an didominasi oleh aktivitas manusia1. Dimana
mempertimbangkan bukti baru dari perubahan iklim yang didasarkan pada
banyak analisis ilmiah independen dari pengamatan sistem iklim, arsip
paleoklimatik, studi teoritis proses iklim dan simulasi menggunakan
model iklim. Hal ini dibangun berdasarkan kontribusi WG1 dalam Laporan
Penilaian Keempat IPCC (AR4) dan menggabungkan temuan dari penelitian
baru. Sebagai komponen dari siklus penilaian kelima, Laporan Khusus IPCC
tentang mengelola risiko kejadian ekstrem dan bencana untuk
meningkatkan adaptasi perubahan iklim merupakan dasar penting untuk
informasi tentang perubahan cuaca dan iklim ekstrim.
Untuk
mengetahui dampak dan penyiapan upaya adaptasi perubahan iklim di masa
mendatang, asesmen sepatutnya dilakukan berdasarkan proyeksi iklim
global yang kemudian dilakuan downscaling pada skala regional dengan
berbagai model dan skenario. Hasil proyeksi iklim sangat tergantung
kepada skenario peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer yang didasarkan
kepada asumsi perkembangan kondisi sosio-ekonomi global serta teknologi
utama yang mendukungnya. Di dalam AR4-IPCC, skenario yang digunakan
adalah berdasarkan special Report on Emission Scenario (SRES). Ada 4
proyeksi iklim yang ada pada AR-4 yaitu proyesi kenaikan temparatur
permukaan, proyeksi perubahan curah hujan, proyeksi kenaikan suhu
permukaan laut dan tinggi muka laut, dan proyeksi kejadian cuaca dan
iklim ekstrim. AR-5 menggunakan pemodelan iklim dengan menggunakan
skenario RCP (Representative Concentration Pathway), dimana model yang
terparah ditunjukkan oleh RCP 8.5 Skenario RCP 8,5 menggambarkan
radiactive forcing yang terjadi mencapai 8,5 Watt/m2. Radiactive Forcing
didefinisikan sebagai perbedaan antara energi radiasi yang diterima
oleh bumi dengan yang dipantulkan kembali ke luar bumi. Semakin besar
radiative forcing, maka semakin besar energi yang masuk ke bumi sehingga
memanaskan sistem, sedangkan semakin kecil radiactive forcing, maka
semakin banyak energi yang keluar, sehingga mendinginkan bumi. Hubungan
antara konsentrasi CO2 dengan radiactive forcing bersifat logaritmik.
Artinya, perubahan konsentrasi CO2 yang kecil akan dapat meningkatkan
radiactive forcing. Sehingga akan lebih banyak energi yang masuk, atau,
sistem dapat dengan mudah menjadi lebih panas. Representative
Concentration Pathway (RCP) 8,5 adalah sebuah skenario emisi yang
digunakan di laporan IPCC ke-5, menggantikan skenario yang dibuat dalam
lapora IPCC sebelumnya, yaitu SRES. RCP merupakan skenario yang lebih
memberikan konsentrasi dari emisi dan tidak secara langsung berdasarkan
gambaran mengenai sosial-ekonomi.
Dokumen
ICCSR (Indoensia Climate Change Sectoral Roadmap) yang dikeluarkan pada
tahun 2010 sebelumnya menerapkan AR-4 dengan penggunaan skenario
berdasarkan Special Report on Emission Scenarios (SRES). Model-model
AR4-IPCC mengasumsikan bahwa kenaikan temperatur disebabkan secara
dominan oleh efek GRK yang tersebar di dalam atmosfer secara merata.
Dengan demikian, proyeksi kenaikan rata-rata temperatur permukaan di
seluruh Indonesia akibat GRK sampai dengan periode 2020–2050 adalah
sekitar 0.8–1°C relatif terhadap periode iklim terakhir di abad ke-20
(Bappenas, 2010c). Keluaran model-model AR4-IPCC umumnya memperlihatkan
pola perubahan curah hujan yang lebih bervariasi di Indonesia, baik
secara temporal maupun spasial. Meskipun hasil analisis data historis
dan ekstrapolasi sampai dengan tahun 2020 memperlihatkan adanya tren
perubahan curah hujan yang cukup signifikan, analisis proyeksi
berdasarkan keluaran tujuh GCM secara rata-rata tidak menunjukkan
perubahan yang signifikan untuk periode 2020–2050 (Bappenas, 2010c).
Proyeksi Suhu Permukaan Laut memperlihatkan adanya kenaikan rata-rata
mencapai 1–1.2 °C pada tahun 2050 relatif terhadap SPL tahun 2000
(Bappenas, 2010b). Tren kenaikan ini masih dalam rentang kenaikan
temperatur global sehingga cukup konsisten dengan hasil analisis
model-model AR4-IPCC untuk temperatur permukaan. Meskipun demikian,
seperti dijelaskan sebelumnya, pengaruh keragaman iklim global terhadap
variasi SPL di perairan Indonesia sangat signifikan. Proyeksi kejadian
cuaca dan iklim ekstrem (kejadian ekstrem) sebenarnya sangat penting
bagi penyusunan rencana adaptasi. Namun demikian, analisis proyeksi
kejadian ekstrem tidak mudah untuk dilakukan karena memerlukan data yang
lebih detil serta waktu yang sangat banyak (time consuming). Oleh
karena itu dapat dipahami bahwa kajian yang komprehensif terkait
kejadian ekstrem di wilayah Indonesia masih sangat terbatas.
Dalam
kurun beberapa waktu terakhir, telah banyak perkembangan termutakhir
mengenai proyeksi perubahan iklim di Indonesia yang dikembangkan oleh
BMKG dan modeler-modeler di perguruan tinggi. Kepentingannya beragam dan
rata-rata diperuntukkan untuk keperluan pelaksanaan project tertentu di
Indonesia, belum ditujukan untuk keperluan perencanaan pembangunan yang
komprehensif terkait dampak perubahan iklim di Indonesia. Seeiring
dengan proses kaji ulang RAN API, diperlukan pemutakhiran atau
penyempurnaan kajian-kajian iklim yang telah dilakukan sebelumnya,
terutama yang telah dilakukan pada ICCSR, yang kemudian dapat digunakan
secara nasional untuk keperluan perencanaan adaptasi perubahan iklim di
Indonesia. Dimana melalui pemanfaatan modalitas yang telah dimiliki,
seperti oleh BMKG secara nasional telah memiliki hasil downscalling
proyeksi iklim dengan menggunakan model global MIROC5 dengan resolusi
150 km dan skenario RCP 4.5. Pada skala nasional telah dilakukan
downscalling dengan resolusi 20 km, dan high resolution 4 km baru
selesai pada wilayah Pulau Jawa dan Sulawesi untuk proyeksi curah hujan
dan temperatur. Data proyeksi iklim menggunakan baseline tahun 2006 –
2014 dengan proyeksi sampai tahun 2100. Di samping itu, proyek TNC
(Third National Communication) juga menghasilkan proyeksi iklim pada
model laut dan atmosfer. Modalitas pada model laut/oceanic proyeksi
iklim hanya menggunakan 1 (satu) skenario RCP 4.5 dan hanya sampai pada
tahun 2040, dan hanya melakukan downscalling pada 1 model global yaitu
MIROC5. Sedangkan pada model atmosfer, long-term climate projection
dengan resolusi 20 km menggunakan baseline 1981-2005 dan future
2006-2100 serta resolusi temporal bulanan. Historical reanalysis
menggunakan RegCM model 25 km dengan range data 1951-2000. Luaran
downcaling dinamik menggunakan resolusi spasial 20 km untuk data
proyeksi dan 25 km untuk data reanalisis. Sedangkan untuk luaran
downscalling statistik resolusi spasial 5 km x 5 km dan mengikuti
resolusi data referensi dengan resolusi temporal hanya bulanan.
Pemanfaatan
model-model ini tentu memiliki tantangan dalam hal pemilihan metode
downscalling, tahun dasar, skenario yang digunakan, dan lain sebagainya.
Pekerjaan ini akan fokus pada bagaimana pemanfaatan modalitas proyeksi
iklim yang sudah ada ini dapat dimanfaatkan dalam proses kaji ulang RAN
API, yang tentunya nanti akan berimplikasi pada perencanaan sektor
maupun wilayah yang terdampak atau menjadi priorias dalam penanganan
perubahan iklim.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud
utama dalam perekrutan tenaga ahli/konsultan proyeksi iklim model
atmosferik adalah untuk melaksanakan salah satu tahapan kegiatan kaji
ulang RAN API, yang akan menjadi bahan dalam penyusunan RAN API dan
background study RPJMN 2020-2024. Adapun tujuan utama yang hendak
dicapai melalui seluruh rangkaian kegiatan ini adalah penyusunan laporan
pemodelan proyeksi iklim nasional yang akan digunakan sebagai informasi
dasar dalam kaji ulang RAN API.
C. Tugas dan Pekerjaan
Rincian pekerjaan proyeksi iklim nasional untuk kaji ulang RAN API adalah sebagai berikut:
1. Stocktaking Data, Informasi, dan Pengetahuan
Melakukan pendalaman materi mengenai konsep proyeksi iklim asmosferik,
termasuk perkembangan proyeksi iklim yang termuat pada dokumen-dokumen
seperti dokumen IPCC-AR 4, ICCSR dan IPCC-AR 5.
Melakukan kajian literatur mengenai contoh praktik yang baik dalam
penggunaan proyeksi iklim model atmosferik dalam Kajian Adaptasi
Perubahan Iklim.
2. Melaksanakan kegiatan teknis terkait proyeksi iklim model atmosferik nasional untuk kaji ulang RAN API, antara lain:
Aktif dalam pertemuan teknis pembahasan metode, cakupan, dan hal lain
terkait rencana pemanfaatan dan/atau pemodelan proyeksi iklim nasional
untuk kaji ulang RAN API.
Memvalidasi dan mengevaluasi data eksisting (TNC dan BMKG), dan melaksanakan pemodelan.
3. Menyusun laporan dan policy brief terkait proyeksi iklim nasional untuk kaji ulang RAN API.
4. Bekerja sama dengan Sekretariat RAN API Bappenas dan BMKG.
D. Kompetensi Tenaga Ahli Penyusunan Proyeksi Iklim
Pendidikan terakhir S-3 dengan latar belakang Klimatologi, Meteorologi,
dan yang lain dengan dibuktikan pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki.
Paling tidak memiliki pengalaman selama 10 tahun terkait perubahan iklim.
Memiliki pengetahuan dan keterampilan keilmuan dalam hal pemodelan
iklim serta familiar dengan model atau scenario yang dikeluarkan oleh
IPCC serta kelembagaan perubahan iklim di Indonesia.
E. Pelaporan
Tenaga
Ahli/ Konsultan pemodelan proryeksi iklim nasional model atmosferik
untuk kaji ulang RAN API akan melaporkan hasil pekerjaan kepada anggota
Steering Committee proyeksi iklim nasional melalui koordinasi dengan
Sekretarariat RAN API, Bappenas dan BMKG.
F. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan
dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2017 (20 hari kerja,
perpanjangan bisa dianggap perlu) dengan mangacu kepada rencana kerja
Kaji Ulang RAN API.
G. Pengiriman Aplikasi
Kandidat yang tertarik dengan lowongan tersebut diharapkan untuk mengirim resume/aplikasi ke email APIK_Recruitment@dai.com .
Mohon kirim aplikasi sebelum tanggal 13 Agustus 2017 dengan subject
"STTA - Consultant to draft Atmospheric Climate Model Projection". Hanya
kandidat yang terpilih yang akan kami hubungi.
No comments:
Post a Comment